
SEA Games Jadi Alarm Dini Pembinaan Menuju Olimpiade
Penulis: Christhoper Natanael Raja
TVRINews, Jakarta
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari menegaskan SEA Games 2025 tidak semata dilihat sebagai ajang perebutan medali, melainkan tolok ukur awal untuk membaca kualitas pembinaan cabang olahraga (cabor) menuju Olimpiade Los Angeles 2028 mendatang.
Dengan hanya melibatkan 11 negara, SEA Games dinilai sebagai parameter dasar sebelum Indonesia melangkah ke level yang lebih kompetitif seperti Asian Games dan Olimpiade.
“SEA Games ini ukuran pertama. Kalau Asian Games 45 negara, Olimpiade lebih dari 200. Jadi dari sini kita bisa lihat cabang mana yang pembinaannya berjalan dan mana yang perlu diperkuat,” ujar Okto ketika ditemui oleh wartawan termasuk tvrinews.com di Jakarta, Rabu, 24 Desember 2025.
Ia menegaskan sejak awal NOC Indonesia tidak mendorong pendekatan reward and punishment, melainkan reinforcement.
Cabor yang sudah menunjukkan performa maksimal didorong untuk ditingkatkan, sementara yang belum optimal diberi penguatan agar mampu menyusul.
Pendekatan tersebut, menurut Okto, mulai menunjukkan hasil nyata. Sejumlah cabang tampil di atas ekspektasi, termasuk atletik, triathlon, dayung, bulu tangkis, dan balap sepeda.
Bahkan cabang yang sebelumnya minim prestasi mulai unjuk gigi, seperti tenis meja yang meraih satu perak dan satu perunggu, berkuda dengan dua emas, dua perak, dan dua perunggu, serta tinju yang menyumbang satu emas, empat perak, dan empat perunggu.
“Ini sinyal positif. Artinya pembinaan mulai merata, tidak hanya bertumpu pada cabang-cabang tradisional,” kata Okto.
Kemudian, hasil SEA Games 2025 juga disebut akan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan cabor unggulan. Namun Okto menegaskan evaluasi belum berhenti, karena ujian sesungguhnya ada di Asian Games Nagoya 2026 yang berlangsung kurang dari satu tahun lagi.
“SEA Games ini checkpoint awal. Asian Games Nagoya akan jadi pengukuran ulang. Dari situ kita jaga atlet-atlet ini agar sustain sampai Olimpiade 2028,” ucap Okto.
Ia mengungkapkan NOC Indonesia telah melaporkan kepada Menteri Pemuda dan Olaharaga (Menpora) Erick Thohir terkait rencana pembentukan tim pendamping khusus untuk mengawal proses kualifikasi Olimpiade Los Angeles 2028. Tahun 2026 disebut krusial karena menjadi awal pengumpulan poin kualifikasi.
“Kita tidak mau kejadian lama terulang, di mana baru kejar poin di akhir. Semua harus dikawal dari awal,” tutur Okto.
Sebagai catatan, Indonesia menutup SEA Games 2025 dengan 91 emas, 112 perak, dan 130 perunggu, total 333 medali, serta finis di peringkat kedua klasemen akhir. Capaian ini menjadi yang terbaik dalam 30 tahun terakhir dan hasil tertinggi Indonesia saat tampil di luar status tuan rumah.
Sejumlah cabang mencatat dominasi, di antaranya panahan, wushu, dayung, pencak silat, bulu tangkis, dan triathlon. Sejarah baru juga tercipta lewat raihan emas pertama Indonesia di ice hockey, basket 3x3, petanque, kabbadi, dan futsal putra.
Bagi NOC Indonesia, angka-angka tersebut bukan tujuan akhir, melainkan pijakan untuk memastikan Indonesia benar-benar siap bersaing di level Asia dan dunia.
Editor: Redaksi TVRINews
